Stop Terorism |
Bogor (WWB) - Ini kiat & cara Malaysia membersihkan provokasi melawan Negara, demikian pula di Negara2 Arab maju
Pada suatu waktu saya dapat telp dari seseorang: “Pak Eri, bantu suami saya.“
“Anda siapa ?"
“ Saya istrinya Saldi.” Katanya.
“ Ada apa bu? "
“ Suami saya dapat masalah di Malaysia. Dia ditahan oleh aparat kerajaan”
“ Masalahnya apa ?
“ Engga tahu. Bantu pak. Kasihan anak anak kami “
“ Ya udah Bu. Sabar aja. “
Saya ingat Saldi adalah sahabat saya. Dulu tahun 90an dia pernah jadi staf saya. Namun sebelum krismon dia hijrah ke Malaysia. Saya bisa maklum karena keluarganya banyak tinggal di Malaysia. Dia bukan orang yang hidup cari masalah. Dia pekerja keras dan sangat rasional. Dia memang penganut agama yang taat.
Saya tahu bentul itu. Makanya dalam kesempatan mengunjungi kantor saya di KL, saya sempatkan mencari tahu duduk persoalan. Mengapa dia sampai di tahan. Tentu berharap saya akan membantunya dengan menyediakan lawyer.
Saya minta direksi saya cari tahu tentang Saldi. Namun dua hari kemudiaan. Tidak ada nama Saldi terdaftar dalam tahanan kerajaan. Saya coba hubungi istrinya dan jelaskan bahwa aparat tidak tahu kalau Saldi di penjara. Istrinya cerita bahwa suaminya di jemput malam hari oleh aparat. Tanpa memberi tahu kesalahannya.
Direksi saya curiga, ini berkaitan dengan suspect atas UU anti terorisme. Melalui kontak saya dengan pejabat Malaysia, akhirnya saya bisa bertemu dengan dewan anti terorisme. Dari mereka saya dapat penjelasan tentang Saldi.
Menurut petugas bahwa Saldi berada dalam lingkaran kegiatan teroris. Dia memang tidak pelaku. Tidak berbuat apapun. Namun dia tidak menyadari bahwa diantara temannya ada yang tersangkut teroris. Dan kebetulan aparat sedang melakukan operasi pembasmian atas jaringan teroris tersebut.
“ Bandaro, kami tidak ada pilihan. Setiap operasi memburu target, kami harus memutus mata rantai antara target dengan komunitasnya. Kami lebih baik manangkapi komunitasnya agar target kehilangan akses logistik. Setelah target didapat, mereka aka dilepas.”
“ Berapa lama mereka ditahan?
“ Paling lama dua tahun. Kalau belum juga dapat target yang diburu, ya bisa ditambah lagi dua tahun. Tetapi kalau cepat tertangkap targetnya, ya mereka cepat dilepas”
“ Termasuk itu ustad atau ulama?
“ Ya. Engga ada urusan apakah mereka ulama atau ustad.
“ Dan penangkapan itu tak ada keputusan pengadilan?
“ Tidak ada. Itu hanya diputuskan oleh dewan Anti terorisme saja.”
“ Di mana mereka ditahan?
“ Itu rahasia”
“ Mengapa begitu keras UU nya”
“ UU itu diterima oleh mayoritas rakyat Malaysia.Itu transparan. Semua orang tahu apa resikonya kalau mereka berada di lingkaran pergaulan teroris. Mereka hanya punya dua pilihan. Laporkan ke aparat kalau ada yang dicurigai atau hanya masalah waktu mereka akan masuk penjara. Ya itulah harga yang dibayar untuk terciptanya rasa aman dan memastikan rakyat tidak sia sia bayar pajak.” Kata pejabat itu dengan tersenyum.
Belakangan saya dapat kabar bahwa Saldi sudah pulang ke keluarganya. Saya sempatkan bertemu dengannya. Nampak dia tidak seperti dulu saya kenal. Dia lebih banyak diam. Sepertinya otaknya udah dicuci.
Saya membayangkan di indonesia, tak terbilang lewat sosmed rakyat menunjuk pelaku dicurigai berada dalam lingkaran komunitas terorisme. lengkap dengan bukti video ceramah. Tetapi aparat tidak berbuat apa apa. Dan kalau ada pelaku teroris mati atau ditangkap. Aparat dihujat dan menuduh aparat sengaja merusak citra umat islam.
Di malaysia, mereka yang membela terorisme, walau dalam bentuk rerotika, akan berujung panjara. Ceramah yang memprovokasi kebencian kepada pemerintah langsung dijemput aparat dan masuk bui.
*Karena itu Malaysia damai. Pemerintah tidak perlu takut atas jatuhnya citra dihadapan mayoritas rakyat yang memang beragama islam. Karena mereka tahu islam tidak mengajarkan terorisme.*
*_Sudah saatnya Indonesia mengikuti langkah2 preventif alq Malaysia atau lebih extrim kagi ala Saudi,_*
*Setujukah Anda?*....Sy se7
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Terimakasih Sudah Membaca & Membagikan Warta WA Bogor - Bogor WhatsApp News