Bom buatan dosen IPB berdaya ledak tinggi, dan bukan Bom molotov |
Bogor (WWB) - Catatan Syaefudin Simon...
IPB jadi bulan2an pasca perakit bom AB tertangkap. Saya sbnarnya uda lama memberitahu teman teman dosen IPB soal kebijakan kampusnya yg aneh2.
Menerima hafiz/penghapal Quran tanpa tes. Memisahkan mahasiswa/mahasiswi dlm ruang kuliah. Membiarkan kelompok HTI/kader PKS menguasai kelembagaan mhsswa. Membiarkan dosen mengajar pakai gamis. Macam2lah. Karena kaum islamist/radikal menguasai hampir setiap kelembagaan di IPB, hampir semua kebijakan dipengaruhi mereka.
Lalu muncullah bom made in IPB yg menghebohkan itu.
Saya sama sekali tidak kaget. Itu hanya konsekwensi yg telah lama dipupuk oleh civitas akademika IPB sendiri. Masih puluhan bahkan ratusan org semacam AB yg bercokol di IPB.
Apakah fenomena spti itu hanya ada di IPB? Tidak. BNPT merilis sejumlah PTN yg terpapar radikalisme. Di antaranya UI, ITB, dan UGM. UI, ITB, dan IPB pantas radikal karena selama bertahun tahun di bawah wilayah kekuasann gubernur PKS. Bahkan UI, 15 tahun lbh berada di bawah naungan Pemkot Depok (PKS) yg telah mengislamiskan seluruhh infrastruktur dan jaringannya.
Dalam sebuah diskusi tentang radikalisme di Gedung Joang Jakarta beberapa waktu lalu, seorang pembicara, sebut saja Assegaf namanya, menceritakan betapa ASN Depok sudah ketularan islamisasi ala Suria dan Afganistan. Ia juga menceritakan alamaternya ITB, yg ditunggangi kaum radikal. Assegaf menceritakan bagaimana seorang guru besar ITB menganggap bahwa Indonesia seharusnya jadi negeri Islam. Bukan Pancasila. Di WAG dosen dosen ITB, kata Assegaf, bau radikalisme amat menyengat.
UGM masih mendingan. Tak mengadopsi kebijakan aneh seorang hafiz masuk UGM tanpa tes. UGM cepat tanggap dgn fenomena ini. Masjid kampus UGM, misalnya, yg dulu dikuasai kelompok radikal sudah disterilisasi. Bahkan masjid UGM sekarang sering dipakai utk zikir, salawatan, istighasah -- ritual ritual yg diharamkan kaum wahabi salafi pro PKS yg menguasai masjid kampus. Tapi tetap perlu diwaspadai, dosen dosen radikalis di UGM masih cukup banyak.
Saya jadi ingat disertasi Muhamad Hendropriyono, mantan Kepala BIN. Dalam disertasinya Hendro menyebutkan PKS adalah partai yg berideologi Al Ikhwanul Muslimin kreasi Hasan Al Banna. Pedoman PKS sampai hari ini masih Al Ikhwan. Ia, sebelum kuat, bergerak melalui jalur pendidikan. Saya duga mayoritas SD IT sampai SMA IT, termasuk Bimbingan Belajar Nurul Fikri, bukan hanya sekolah biasa, tapi saya duga sarana pembibitan Al Ikhwan. Dan anda jangan kaget, hampir semua terorist top adalah jebolan kelompok ini. Osama Bin Laden misalnya adalah murid Ayman Al Jawahiri, tokoh Al Ikhwan.
Seorang direktur perusahaan konstruksi, sebut saja Ani, pernah mengeluh kepada saya. Salah seorang karyawannya ketahuan membuat peluru dgn memanfaatkan mesin bubut yang dikuasainya. " Setelah saya lacak dia dari partai anu Mas Simon, " ujarnya. Karyawan berjenggot dan berjidat item itu kabur sebelum dipecat.
Anda masih ingat ketika ribut undangan ceramah Felix Siauw di Menara Telkomsel? Ya... Salah seorang direktur Telkomsel tersebut alumni SMA I Teladan Yogya. Dan dia diduga beraliran radikal pro-HTI. Di FB Kagama ada yg bertanya, masihkah SMA Teladan Yogya patut diteladani kalau para alumninya banyak yg terpapar radikalisme?
Pak Haryoko, seorang konsultan SDM, mengaku sekarang ini banyak perusahaan besar yg cemas ketika mau investasi dan merekrut karyawan di Indonesia. Pasalnya, justru calon karyawan yg pintar pintar ini ideologinya banyak radikal. Makanya Pak Haryoko sering diminta nasehatnya dalam hal rekrutmen karyawan tersebut. Dengan instrumen canggih, kata Haryoko, timnya bisa melacak jejak digital calon naker atau calon pejabat yg akan dinaikkan pangkatnya. Yg radikal langsung disingkirkan.
Menurut Haryoko, sekarang ini orang orang terpapar radikalisme di Indonesia sudah mencapai 7 persen. Uda mndekati titik kritis 10 persen. Jika uda mencapai titik kritis, akan susah dicegahnya karena pertambahannya deret ukur.
Saya kira pemerintahan Jokowi harus harus mewaspadai fenomena ini. Dosen/dekan/rektor yg terindikasi radikal (bisa dilacak dari jejak digitalnya dan polisi sudah punya alat canggih utk merunutnya) harus ditendang. Kemendiknas juga perlu mengatur sekolah sekolah IT dan mengawasinya secara ketat. Bila perlu ada kebijakan baru. Setiap sekolah harus mengikuti pedoman sistem pendidikan dan buku ajar yg telah terverifikasi. Jangan sampai kecolongan ada buku ajar yg isinya materi berbau terorisme yg pernah ditemukan di Depok.
Saya tak ingin menuduh semua kaum antijokowi berafiliasi dengn kaum radikal. Tapi simtomnya kentara. Saya dan teman teman proJokowi siap membela presiden terpilih jika ada kelompok kelompok anarkis dgn alasan yg dibuat byat hendak mendeligitimasinya.
Hidup Jokowi. Ayo kita benahi negeri agar tdk menjadi indonestan dan indosuria
Sumber FB:
https://www.facebook.com/1534141121/posts/10213968403794229?sfns=mo
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Terimakasih Sudah Membaca & Membagikan Warta WA Bogor - Bogor WhatsApp News