KETUA KPAI BERSAMA TOMY SUHARTO |
Jakarta (WWT) - KPAI tidak usah ikut-ikutan ngurusin bulutangkis. Tidak ada eksploitasi anak di PB Djarum. Yang menyelenggarakan pembinaan olahraga bulutangkis itu Djarum Foundation. Bukan pabrik rokoknya. Djarum sudah 50 tahun membina bulutangkis. Tanpa Djarum tak akan lahir Lim Swie King, Hastomo Arbi dan generasi pertama setelah Tan Joe Hok.
KPAI tidak usah gaya-gayaan sok bermoral. Sok pakai undang-undang. Tidak usah mengurus audisi bulutangkis. Bahkan dalam pembinaan bulutangkis di Djarum sana, anak didik yang kedapatan merokok pasti dikeluarkan. Out. DO. Terlepas dari Djarum menjual rokok. Pun tidak ada satu pun mantan anak didik Djarum menjadi bintang rokok. Tidak ada satu pun.
KPAI mendingan mengurus anak-anak perokok. Mengurus warung rokok yang menjual rokok kepada anak-anak sekolah. Pantengi tuh warung-warung, kios-kios, toko yang menjual rokok dan alkohol ke anak-anak. KPAI tidak usah belagu sok suci mengurusi bulutangkis.
Plototi juga tuh para pengemis di perempatan jalan. Rebut dan ambil anak yang disewakan oleh orang tuanya untuk mengemis. Bukan anak-anak seusia 12 tahun, seperti para bibit pemain bulutangkis. Itu anak-anak bayi. Orok. Terpapar knalpot. CO2. Debu. Hujan. Panas. KPAI tidak peduli karena tidak ada duitnya anak-anak itu. Mereka kelompok terbuang.
KPAI tidak punya rasa nasionalis sama sekali. KPAI menjadi organisasi yang bebal. Ingin tampil. Ingin pamer. Sok pamer kekuatan. Padahal yang dilakukan KPAI hanyalah upaya untuk menggembosi olahraga bulutangkis. KPAI ingin agar dunia olahraga Indonesia memble, bobrok, tidak berprestasi seperti sepakbola. PB Djarum telah mengambil alih tanggung jawab membina olahraga bulutangkis.
Dan, hanya bulutangkis yang konsisten menyumbang medali emas di OLIMPIADE. Artinya PB Djarum dan PB PB lain mengambil peran dan menyumbang puluhan miliar rupiah untuk mendidik anak-anak yang memiliki bakat bermain tepok bulu angsa ini.
KPAI mendingan membubarkan diri saja. Tidak ada gunanya sama sekali KPAI ada di Indonesia. Karena KPAI tidak mengurus hal yang pokok. Anak-anak jalanan. Bayi-bayi di pinggir jalan. Memeriksa anak-anak yatim kelaparan di panti asuhan.
KPAI harusnya memeriksa PAUD atau SD yang mengajarkan anak-anak untuk membunuh. Mengajarkan kebencian. Mengajarkan benci kepada NKRI. Anak-anak yang secara psikis dididik oleh para guru bigot, yang hasilnya membenci NKRI. Urus itu. Tak usah urusi bulutangkis.
Bisa jadi KPAI menjadi bagian perjuangan kelompok tertentu yang ngawur. Kelompok yang mendorong kisruh. Tidak bijaksana melihat suatu kasus. Tidak bisa membedakan Djarum Foundation dan Pabrik Rokok Djarum. Hanya karena namanya Djarum dan Djarum adalah gudangnya duit. Yang punya adalah orang terkaya di Indonesia. Punya BCA segala. Maka dengan entengnya KPAI menyasar Djarum. Dan yang dihantam soal audisi bulutangkis.
Sekali lagi, KPAI nggak usah mengurus soal audisi bulutangkis. Saya jamin tidak ada eksploitasi anak dari sejak audisi, pembinaan, pelatihan, dan bahkan setelah menjadi pemain. Daripada melihat pembinaan bulutangkis di PB Djarum hilang, mendingan KPAI dibubarkan saja. Tidak berguna sama sekali KPAI.
(Penulis: Ninoy N Karundeng).
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
.Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
matahatinews
08.04
New Google SEO
Bandung, IndonesiaKapal asing yang langgar wilayah Indonesia ditangkap TNI AL |
Jakarta (WWB) - Kapal perang/KRI Jajaran Koarmada I berhasil menangkap 8 kapal kargo dan kapal tanker asing yang berasal dari berbagai negara, dimana kapal-kapal tersebut sedang lego jangkar tanpa ijin di wilayah teritorial Indonesia, tepatnya sekitar perairan Tanjung Berakit Bintan Kepulauan Riau (15/2).
Hal tersebut melanggar Pasal 194 (3) UU Nomor 17/2008 tentang Pelayaran, ”Semua kapal asing yang menggunakan Alur Laut Kepulauan Indonesia dalam pelayarannya tidak boleh menyimpang kecuali dalam keadaan darurat”.
Diduga kapal-kapal tersebut memanfaatkan perairan teritorial Indonesia yang jauh dari pengawasan aparat pelabuhan, untuk melakukan kegiatan ilegal seperti ship to ship transfer, ilegal oil maupun pembuangan limbah. Selain itu, mereka juga menghindari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Adapun kapal-kapal perang yang berhasil menangkap ke 8 kapal tersebut, antara lain; KRI Pulau Rusa-726 Satuan Kapal Ranjau (Satran), KRI Teuku Umar-385 Satuan Kapal Korvet (Satkor), KRI Alamang-644 Satuan Kapal Cepat, KRI Siwar-646 Satuan Kapal Cepat (Satkat), KRI Bung Tomo-357 Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmada I, dan KRI Barakuda-633 Satuan Kapal Cepat (Satkat). (EW) | Foto: Dispen Koarmada I
Sudah pernah diterbitkan di IndonesiaMandiri.web.id
matahatinews
17.54
New Google SEO
Bandung, Indonesia
1. Belajar _meminta_ *MAAF*.
Seringkali manusia tidak mau *MENGAKUI* _kesalahannya_, menganggap semuanya adalah _kesalahan_ orang lain, dan dirinya sendiri yang *BENAR*.
Sebenarnya, tidak bisa *mengakui* _kesalahan_ merupakan suatu *KESALAHAN.*
Kita harus bisa _meminta_ *MAAF* kepada _orang tua_, _rekan kerja_, _masyarakat_, bahkan kepada _anak-anak_ serta _musuh_ kita.
_Meminta_ *MAAF* tidak akan membuat kita *kekurangan* apapun, malahan bisa menunjukkan *kelapangan* hati kita.
Belajar _meminta_ *MAAF* adalah hal yang *BAIK* dan merupakan suatu bentuk *pelatihan* diri.
Belajar mengakui *kesalahan*, _menghargai_ orang lain, dan _memaklumi_ orang lain, barulah kita bisa *DITERIMA* oleh orang lain
2. Belajar _kelembutan_ *HATI*
_Gigi_ kita *keras*, namun _lidah_ kita *lembut*.
Saat kita menua, *gigi* akan _tanggal_, sedangkan _lidah_ kita tetap *ADA*
Jadi kita harus bisa *LEMBUT*, barulah bisa _panjang umur_.
Sifat *keras hati* malah _merugikan_ diri kita sendiri
Hati yang *lembut* merupakan *pencapaian besar* dalam hidup manusia.
Orang yang *keras kepala*, biasanya dijuluki *berhati dingin*, sifatnya *DINGIN*, atau hatinya *KERAS* seperti _besi_
Jika kita bisa _mengatur_ *NAFAS*, _mengatur_ *POSTUR TUBUH*, dan _mengatur_ *HATI* kita, ibarat kita _menenangkan_ *kuda liar* atau *monyet liar* supaya *JINAK*, maka hidup kita akan lebih *bahagia* dan *panjang umur*.
3. Belajar *menahan diri*
Dalam hidup ini, jika kita bisa *menahan* _emosi_, _badai_ dan _ombak_ pun akan *REDA*
Mundur *selangkah*, _melihat_ *langit* dan *laut* masih luas
Dengan *menahan diri*, semua *MASALAH* bisa *dibereskan*.
*Menahan diri* berarti bisa _memakai_ *kebijaksanaan* untuk _mengatur_ dan _mengubah_ *masalah BESAR* menjadi *masalah KECIL*, dan *masalah KECIL* menjadi *tiada MASALAH*
Jika kita mau *hidup* dengan *DAMAI*, kita harus bisa *menahan diri* terhadap _kebaikan_ dan _keburukan_ dunia dan _masyarakat_ serta *gosip-gosip* di masyarakat.
Bahkan kita harus bisa menerimanya
4. Belajar *BERKOMUNIKASI*
Kurangnya *KOMUNIKASI* bisa menimbulkan _gosip_, _hoax_, _perselisihan_, dan _kesalah-pahaman_.
Hal *terpenting* dalam hidup _bermasyarakat_ adalah bisa *BERKOMUNIKASI* dengan *baik*, saling _memahami_, _toleransi_, _saling membantu_, _saling menghormati_.
Kita semua adalah *saudara*, jika selalu _bertikai_ dan _miskomunikasi_, maka tidak akan bisa hidup *berdampingan* dengan *DAMAI*.
5. Belajar *MELEPAS* (tdk melekat)
Hidup kita _ibarat_ sebuah *KOPER*, yang _diangkat_ saat *perlu* dan _ditaruh_ saat *tidak perlu*.
Saat harus *MELEPAS*, jika kita malah *melekatinya*, maka seperti *mengangkat* _koper_ yang *berat* dan tidak bisa *bebas leluasa.*
Belajar *melepas* barulah kita bisa *bebas leluasa*
Sumber : Sate Jawa
Foto
matahatinews 15.22 New Google SEO Bandung, Indonesia
Seringkali manusia tidak mau *MENGAKUI* _kesalahannya_, menganggap semuanya adalah _kesalahan_ orang lain, dan dirinya sendiri yang *BENAR*.
Sebenarnya, tidak bisa *mengakui* _kesalahan_ merupakan suatu *KESALAHAN.*
Kita harus bisa _meminta_ *MAAF* kepada _orang tua_, _rekan kerja_, _masyarakat_, bahkan kepada _anak-anak_ serta _musuh_ kita.
_Meminta_ *MAAF* tidak akan membuat kita *kekurangan* apapun, malahan bisa menunjukkan *kelapangan* hati kita.
Belajar _meminta_ *MAAF* adalah hal yang *BAIK* dan merupakan suatu bentuk *pelatihan* diri.
Belajar mengakui *kesalahan*, _menghargai_ orang lain, dan _memaklumi_ orang lain, barulah kita bisa *DITERIMA* oleh orang lain
2. Belajar _kelembutan_ *HATI*
_Gigi_ kita *keras*, namun _lidah_ kita *lembut*.
Saat kita menua, *gigi* akan _tanggal_, sedangkan _lidah_ kita tetap *ADA*
Jadi kita harus bisa *LEMBUT*, barulah bisa _panjang umur_.
Sifat *keras hati* malah _merugikan_ diri kita sendiri
Hati yang *lembut* merupakan *pencapaian besar* dalam hidup manusia.
Orang yang *keras kepala*, biasanya dijuluki *berhati dingin*, sifatnya *DINGIN*, atau hatinya *KERAS* seperti _besi_
Jika kita bisa _mengatur_ *NAFAS*, _mengatur_ *POSTUR TUBUH*, dan _mengatur_ *HATI* kita, ibarat kita _menenangkan_ *kuda liar* atau *monyet liar* supaya *JINAK*, maka hidup kita akan lebih *bahagia* dan *panjang umur*.
3. Belajar *menahan diri*
Dalam hidup ini, jika kita bisa *menahan* _emosi_, _badai_ dan _ombak_ pun akan *REDA*
Mundur *selangkah*, _melihat_ *langit* dan *laut* masih luas
Dengan *menahan diri*, semua *MASALAH* bisa *dibereskan*.
*Menahan diri* berarti bisa _memakai_ *kebijaksanaan* untuk _mengatur_ dan _mengubah_ *masalah BESAR* menjadi *masalah KECIL*, dan *masalah KECIL* menjadi *tiada MASALAH*
Jika kita mau *hidup* dengan *DAMAI*, kita harus bisa *menahan diri* terhadap _kebaikan_ dan _keburukan_ dunia dan _masyarakat_ serta *gosip-gosip* di masyarakat.
Bahkan kita harus bisa menerimanya
4. Belajar *BERKOMUNIKASI*
Kurangnya *KOMUNIKASI* bisa menimbulkan _gosip_, _hoax_, _perselisihan_, dan _kesalah-pahaman_.
Hal *terpenting* dalam hidup _bermasyarakat_ adalah bisa *BERKOMUNIKASI* dengan *baik*, saling _memahami_, _toleransi_, _saling membantu_, _saling menghormati_.
Kita semua adalah *saudara*, jika selalu _bertikai_ dan _miskomunikasi_, maka tidak akan bisa hidup *berdampingan* dengan *DAMAI*.
5. Belajar *MELEPAS* (tdk melekat)
Hidup kita _ibarat_ sebuah *KOPER*, yang _diangkat_ saat *perlu* dan _ditaruh_ saat *tidak perlu*.
Saat harus *MELEPAS*, jika kita malah *melekatinya*, maka seperti *mengangkat* _koper_ yang *berat* dan tidak bisa *bebas leluasa.*
Belajar *melepas* barulah kita bisa *bebas leluasa*
Sumber : Sate Jawa
Foto
matahatinews 15.22 New Google SEO Bandung, Indonesia